Jumat, 29 November 2013

Bersyukur itu penting


Beberapa hari lalu, saya dan kelompok, berangkat menuju desa Sepatan Timur, seperti halnya dalam mengerjakan tugas Penulisan Feature yang di berikan dosen tercinta kami bapak Helmi, kami pun menyiapkan tema dan memilih narasumber untuk kami wawancarai, dan EMAK IPONG lah yang kami pilih untuk tema KEMISKINAN di dalam tugas kali ini. berkumpul di suatu tempat dan sepakat pergi bersama, itulah yang kami lakukan  kamis 28 November silam. sangat panas dan jauh yang kami rasakan, kami tetap bersemangat mengulas kisah kehidupan miskin mak ipong di desa sepatan kabupaten tangerang. tak lama setelah kami sampai di sebuah rumah gubuk kotor usang tak terurus, berlantai tanah dan berdinding bilik bambu, kami disapa senyum renyut mak ipong yang datsng dari balik pintu rumah nya yang terbuat dari bambu dan sudah rusak, kami sempat berbincang bincang hangat dengan senyum malu, mak ipong memperkenalkan diri kepada kedua orang teman saya, karena mereka belum mengenal mak ipong, maka saya lah yang membuka pembicaraan terlebih dahulu, lambat laun, alur cerita pengenalan diri mak ipong semakin dalam dan serius. kami tak kuasa menahan emosi dan tak berhenti menghela nafas, saat mak ipong mulai menceritakan kehidupan pribadinya yang tinggal dengan anak bungsu yang menderita kelainan jiwa, AZIZ nama akrabnya dan sayangnya ketika kami temui di rumahnya, aziz sudah 3 malam tak pulang ke rumah, seperti kata peribahasa, kasih ibu sepanjang jalan. tak putus putusnya mak ipong berdoa dan mengusap air mata nya di depan kami, dengan nada lemah dan suara yang tersendat sendat. mak ipong muali memperlihatkan kondisi rumah tempat ia tinggal bersama aziz setiap harinya. mak ipong bekerja sebagai buruh tani di desa itu, tak heran ketika saya dan teman saya melihat masuk ke dalam rumah, tak ada satupun barang berharga di dalam rumah itu, tak heran juga, hanya kasur bekas rombeng yang ditiduri nenek berusia 68 tahun ini. seperti itulah kisah kesedihan mak ipong yang selalu menderita saat bekerja di sawah sehari harinya, hanya dengan upah lima belas ribu rupiah, ia bertahan hidup selama tiga bulan bersama anaknya, dan bayangkan anak nya yang menderita kelainan jiwa, kerap suka memberontak, apabila nenek tua itu, tak memberikannya rokok dan kopi hitam, kegemaran aziz. kami bersama sama sengaja mempersiapkan diri untuk ikut ke tengah sawah bersama mak ipong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar